Kotak Jelajah

Jumat, 27 Agustus 2010

Metode Ilmiah

Metode ilmiah
1. Pengertian Metode Ilmiah.
Istilah Metode Ilmiah tersusun oleh dua kata, yaitu kata Metode (Method) dan kata Ilmiah (Scientific). Metode adalah tata cara atau aturan yang disusun secara sistematis dalam melakukan sesuatu. Pada suatu metode dirinci langkah-langkah kerja, urutan pekerjaan atau tahap-tahap tindakan yang harus dilakukan oleh seseorang dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan. Ilmiah adalah kata lain dari bersifat keilmuan (kata sifat), artinya sesuatu yang didasarkan kepada ilmu pengetahuan yang sudah ada serta disepakati kebenarannya. Atau dengan kata lain, sesuatu yang bukan berupa pendapat saja, mimpi, atau khayalan yang keberadaannya tidak dapat diukur oleh alat ukur dan dikaji oleh akal pikiran (nalar, logika).
Dengan demikian, Metode Ilmiah merupakan serangkaian cara kerja yang sistematis (runtut, bertahap) yang sesuai dengan ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta terciptanya peralatan sederhana hingga peralatan berteknologi canggih pada dasarnya terbentuk dari adanya penerapan metode ilmiah yang dilakukan oleh para penggagas (pemberi ide) dan pembuat peralatan tersebut. Demikian pula terpecahkannya suatu ”misteri”, teka-teki atau sesuatu yang tidak jelas diketahui oleh seseorang akan dapat menjadi jelas ketika ”misteri” tersebut diselidiki dengan menggunakan metode ilmiah tersebut,
Dalam penerapannya, metode ilmiah tersusun oleh karena adanya serangkaian tindakan berupa pengamatan suatu kejadian, munculnya permasalahan (ketidaktahuan/keingintahuan terhadap sesuatu yang diamati), hipotesis (dugaan jawaban sementara), percobaan pembuktian, pengolahan data dan penyusunan kesimpulan, yang dari akhir penyusunan kesimpulan tersebut dapat diketahui benar-tidaknya jawaban dari hipotesis tadi.
Untuk memahami tentang metode ilmiah tersebut, simaklah contoh perumpamaan berikut ini.
Pada suatu desa, pada setiap musim kemarau sering terjadi wabah penyakit yang menyerang penduduk desa. Para penderita sering mengalami demam tinggi dan kejang-kejang. Pada penderita yang telah akut (sakit berat) sering mengalami pendarahan terutama pada bagian hidungnya serta bintik-bintik merah di sekujur permukaan tubuhnya. Banyak di antara penderita yang meninggal akibat serangan penyakit tersebut. Beberapa orang tua di desa tersebut menduga bahwa kejadian tersebut merupakan pertanda adanya gangguan hantu atau arwah leluhur mereka yang meminta sesajian dan doa. Oleh sebab itu, pada setiap menjelang musim kemarau diadakan acara selamatan desa dengan mengumpulkan sesajian yang diberi doa oleh tetua kampung dan disimpan di tempat yang dianggap keramat.
Martina, seorang siswa SMA, sangat sedih melihat adik kesayangannya menderita demam, seperti penyakit yang juga diderita oleh beberapa orang warga desanya.
Kejadian yang sering terjadi dan berulang-ulang seperti musiman tersebut menyebabkannya ingin mengetahui penyebab sebenarnya dari malapetaka tersebut. Dia kemudian menduga-duga, jangan-jangan wabah penyakit tersebut bukan sebagai akibat kemarahan sejenis hantu jahat atau kemarahan para arwah leluhur yang meminta sesajian dan doa, melainkan oleh sesuatu yang ada di sekitar penduduk desa itu sendiri.
Martina kemudian secara diam-diam mengamati perilaku kehidupan keluarganya dan orang-orang desa di sekitarnya. Ia mengamati tingkat kebersihan lingkungan, interaksi dan kegiatan masyarakat dengan sesamanya, dengan binatang ternak, dan perilaku masyarakat pada saat pulang kerja dan menjelang tidur di malam hari.
Setelah mengamati dan mencatat sejumlah keadaan dan kejadian yang dianggapnya tidak baik, Martina kemudian menduga bahwa penyebab wabah penyakit di desanya itu jangan-jangan karena kondisi lingkungannya yang tidak bersih dan tidak sehat.
Ada pun beberapa hal yang menarik perhatian Martina dari hasil pengamatannya antara lain:
a. Di beberapa tempat di sekitar rumah penduduk sering didapatkan tumpukan-tumpukan sampah dan dedaunan. Pada tumpukan sampah tersebut sering bergerombol kerumunan lalat serta bau busuk yang tidak sedap.
b. Banyak genangan air, baik pada kaleng dan gelas plastik bekas, maupun parit yang tersumbat.
c. Penduduk begitu bebas memeluk dan bermain dengan binatang ternaknya, serta dibiarkan keluar-masuk rumah.
d. Di malam hari, sejumlah penduduk, tua-muda, sering berkumpul bercengkerama menghabiskan waktu malamnya hingga larut malam.
e. Baik pada adiknya, maupun pada sejumlah penduduk, bila kulit tubuhnya terkena gigitan nyamuk atau dihinggapi serangga lainnya, mereka sering kali hanya menggaruk atau mengusapnya saja. Mereka tidak pernah membersihkan atau mengolesi tubuhnya itu dengan obat tertentu.
Meskipun sudah sekian hari mengamati, Martina masih belum dapat menemukan penyebab utama wabah penyakit tersebut. Martina kemudian membaca sejumlah buku dan melakukan perbandingan keadaan penduduk di desanya dengan desa tetangganya. Dia berusaha untuk dapat menguak “misteri” wabah penyakit itu.
Pada suatu hari, adik Martina mengalami kejang-kejang dan demam tinggi. Menghadapi kondisi yang mencemaskan tersebut, orang-tua Martina membawa adiknya ke Puskesmas. Setelah sampai di Puskesmas, adik Martina segera diperiksa oleh tim medis. Menurut tim medis itu, adik Martina rupanya terkena demam berdarah dan harus dirawat-inap di Puskesmas.
Pada suatu hari, Martina mendapat giliran untuk menjaga adiknya di Puskesmas. Selama dua hari dua malam Martina selalu berada di samping adiknya. Di antara waktu senggang, untuk menghilangkan rasa bosan dan penat tubuhnya, Martina berjalan-jalan di sekitar Puskesmas. Secara tidak sengaja Martina melihat gambar pamflet yang ditempel di dinding yang menjelaskan tentang siklus hidup nyamuk dan tentang munculnya penyakit demam berdarah.
Setelah mencermati setiap kalimat dan gambar pada pamflet tersebut, Martina teringat dengan upaya pengamatannya untuk mencari jawaban penyakit di desanya. Di dalam benaknya dia berkata, “Kalau begitu, berarti penyakit di desaku adalah penyakit demam berdarah. Dan penyebabnya adalah nyamuk!”.
Dan seterusnya.
Dari perumpamaan di atas dapat diketahui bahwa:
a. Martina “mendapat masalah”. Ia mendapatkan suatu ketidaktahuan tentang sebab munculnya wabah penyakit.
b. Martina melakukan pengamatan awal untuk mengetahui jawaban ketidaktahuannya itu.
c. Martina menduga-guga (“Jangan-jangan...”) jawaban yang mungkin benar sebagai jawaban permasalahan yang dihadapinya.
d. Dugaan jawaban sementara Martina mendekati kebenaran (meskipun belum diuji) setelah mendapat informasi dari pamflet yang dibacanya.

Ditinjau dari cara kerja metode ilmiah, tindakan-tindakan pengamatan yang dilakukan Martina di atas meupakan ”bagian” dari Metode Ilmiah, karena dugaannya itu berdasarkan fakta nyata yang diperolehnya dalam memecahkan masalahnya. Tindakannya itu dinyatakan “bagian” dari Metode Ilmiah karena Martina belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip kerja Metode Ilmiah lainnya, di antaranya adalah: melakukan uji-coba untuk membuktikan bahwa nyamuk merupakan penyebab timbulnya wabah penyakit tersebut. Dan kesimpulan bahwa nyamuk sebagai faktor penyebab timbulnya penyakit di desanya itu bukan berasal dari kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data hasil uji-cobanya sendiri, sehingga tidak ada bukti yang dapat dipertanggung-jawabkan jika Martina menyebutkan bahwa penyebab wabah penyakit itu benar-benar berasal dari gigitan nyamuk.
Dari contoh tentang Martina di atas, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya sebagian besar dari kita (anggota masyarakat) sudah menerapkan beberapa langkah Metode ilmiah, tetapi sangat sedikit dari kita yang menuntaskannya secara lengkap. Sehingga setiap permasalahan yang dihadapi sering dijawab dengan dugaan atau pendapat saja. Keadaan inilah yang sering kali menjadi suatu “Issue” atau kabar burung yang tidak beralasan yang sebagian di antaranya menyesatkan dan membatasi cara berpikir dan wawasan kita dalam menghadapi suatu masalah di sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar